Hai.. Alohaa ;)
Malam ini, gue ditemani dengan kepulan asap rokok di kiri kanan. Betapa tersiksanyaa. (ini dikarenakan gue di luar rumah dan ditemani oleh seonggok masker-well asapnya masih nembus ke hidung, sih.. -_-") Kali ini gue mau nulis something seperti judulnya. Tapi entah bagaimana gue ga tau harus memulainya. Mungkin nanti terlihat kayak puisi or else. Entah. Gue bener-bener ga tau harus mulai dari manaaa.. -_- Besok gue kuiah jam 9. Tapi malem-malem gini masih nongkrong di tempat macam gini. huhhh. Ada tugas presentasi juga di hari selasa. Dan gue belom baca bukunyaa.. Apa yang harus gue lakukannn?? Yah, gue tau baca buku. Nanti lahh yaa. Ahahaha (terus kenapa gue harus nanya tadi?) Oke, paragraf pertama ga pernah jelas. Gue ga tau apa yang gue omongin. Bener-bener out of mind. Baiklah biar gue jelaskan asal muasal judul tersebut.
Awalnya, gue sering jalan (without my glasses) dan banyak orang protes sama gue (ga sebanyak yang lo pikirin, kok. Lebih dari satu udah bisa dibilang banyak, kan? ehehehe) kalo mereka say hi tapi gue ga bales. Nah, inilah awal mula dari judul tulisan kali ini. Jika kau mengenalku, namun aku tak menyapamu, bukan berarti aku marah padamu. Bukan berarti juga aku tak ingin melihatmu. Dan bukan berarti juga aku tak ingin menyapamu. Ini dikarenakan aku tak melihatmu. Jangan salah sangka, jangan juga salah paham. (gue melanjutkan artikel ini di hari selasa karena bener-bener ga kuat sama asap rokoknya -_-). Yup, aku hanya tak melihatmu. Mungkin juga aku tak mengenali dirimu. Atau mungkin aku tak mengenakan kacamataku sehingga kau hanyalah bayang-bayang buram dimataku layaknya orang awam yang baru saja memotret menggunakan kamera. Aku bukanlah orang yang tak suka disapa. Suka. Aku suka. Terlebih oleh kau yang kukenal. Meski bukan kata-kata panjang, atau sapaan yang terdengar hangat. Aku cukup mengerti gestur dan raut wajah ramah dibanding kata-kata itu. (Meski kadang katanya gue suka ga ramah terhadap seseorang.. ihihihi *colek Semut Merah). Kalau kau tak melihatku pun aku tak ragu untuk menyapamu, kok.
Yah, jadi itu aja sih. ga terlalu penting juga. (argghhh.. love this song Homesick by King of Convenience *lagi dengerin). Ohya, gue cuma mau nulis hal ini. Gue kadang jadi ngerti gimana perasaan seseorang yang sebenernya ketika mereka ga di depan umum. Well, gue baru dapet katarsis-an (curhat-an) dari salah seorang temen gue. Di luar, di depan kami semua, dia sungguh ceria, menyenangkan, berperilaku atraktif, pusat perhatian. Gue pun mengira, mungkin memang dia pribadi yang seperti itu. Bahkan, salah seorang teman kami men-judge White Jindo Gae (gue namain dia itu aja lahh) sebagai orang yang atraktif de el el nya itu karena mencari perhatian. Tapi, setelah katarsis nya White Jindo Gae kemarin, gue baru tau kalo dia ga pernah suka menjadi pusat perhatian. Banyak hal yang dia ceritakan ke gue. Hampir segala hal kecuali trauma masa kecilnya yang membuat dia jadi ga suka being the center of attention. Yah, mirip seperti judul yang udah gue goreskan diawal artikel ini. Seolah Jindo Gae berkata, "Jika kau mengenalku, kau kan tau kalau aku memang begini adanya. Jangan mencercaku. Jangan menjadikan aku pusat perhatian. Jangan juga menghinaku. Tolong." dan kau tau? Kini, sikap gue mulai berubah ke dia. Awalnya, gue memang hanya ikut tertawa ketika dia menjadi pusat perhatian (gue cuma penonton). Tapi sekarang, gue udah paham. Gue udah ngerti (seenggaknya) gimana dia.
Well, sampe sini aja cerita gue. Meski kali ini gue ga tau bagaimana harus mengakhiri tulisan kali ini. So, sampai jumpa di artikel berikutnya.
PS: White Jindo Gae sempet bilang kalo dirinya depresi ringan. Gue cuma bisa bilang enggak untuk nenangin dia. Padahal sih, iya..
Thanks,
by Mere
Yah, jadi itu aja sih. ga terlalu penting juga. (argghhh.. love this song Homesick by King of Convenience *lagi dengerin). Ohya, gue cuma mau nulis hal ini. Gue kadang jadi ngerti gimana perasaan seseorang yang sebenernya ketika mereka ga di depan umum. Well, gue baru dapet katarsis-an (curhat-an) dari salah seorang temen gue. Di luar, di depan kami semua, dia sungguh ceria, menyenangkan, berperilaku atraktif, pusat perhatian. Gue pun mengira, mungkin memang dia pribadi yang seperti itu. Bahkan, salah seorang teman kami men-judge White Jindo Gae (gue namain dia itu aja lahh) sebagai orang yang atraktif de el el nya itu karena mencari perhatian. Tapi, setelah katarsis nya White Jindo Gae kemarin, gue baru tau kalo dia ga pernah suka menjadi pusat perhatian. Banyak hal yang dia ceritakan ke gue. Hampir segala hal kecuali trauma masa kecilnya yang membuat dia jadi ga suka being the center of attention. Yah, mirip seperti judul yang udah gue goreskan diawal artikel ini. Seolah Jindo Gae berkata, "Jika kau mengenalku, kau kan tau kalau aku memang begini adanya. Jangan mencercaku. Jangan menjadikan aku pusat perhatian. Jangan juga menghinaku. Tolong." dan kau tau? Kini, sikap gue mulai berubah ke dia. Awalnya, gue memang hanya ikut tertawa ketika dia menjadi pusat perhatian (gue cuma penonton). Tapi sekarang, gue udah paham. Gue udah ngerti (seenggaknya) gimana dia.
Well, sampe sini aja cerita gue. Meski kali ini gue ga tau bagaimana harus mengakhiri tulisan kali ini. So, sampai jumpa di artikel berikutnya.
PS: White Jindo Gae sempet bilang kalo dirinya depresi ringan. Gue cuma bisa bilang enggak untuk nenangin dia. Padahal sih, iya..
Thanks,
by Mere
Tidak ada komentar:
Posting Komentar