Senin, 10 Februari 2014

My Case Study about Me with 'Reaksi Formasi'

Hai hai..
Alohaa

Sesuai judulnya tentang reaksi formasi, gue mau bercerita tentang me my self and I yang selalu mengalami reaksi formasi. Gue bahkan sampe sedih sendiri kenapa bisa kayak gini. Apakah terlalu cinta? Lalu kenapa ego gue memilih self defense mechanism yang kayak gitu? Hufftt.. Let me explain it first about what is reaction formation. I'm not really sure the english of reaksi formasi is right or not. Tapi yaudahlah ya.. Well, reaksi formasi adalah suatu tindakan pertahanan diri (dalam kasus ini, diri yang dimaksud adalah jiwa mu) yang dilakukan secara sebaliknya. Misalnya, bersikap seperti membenci, marah-marah, dan lainnya karena kau terlalu mencintai orang itu. Kasus ini juga terjadi di gue. Gue bersikap "sangat emosional" ke my brothers, my Moon, dan bahkan kayaknya ke Semut Merah.


Awalnya gue sadarnya hanya bersikap biasa aja, sampe suatu ketika Semut Merah bertanya ke gue yang (gue rasa) gue jawab dengan biasa aja. Tapi dia ngerasa, gue seolah ga suka sama dia. Seolah dia musuh bagi gue. Kayaknya gue ga kayak gitu deh. Kau yang terlalu sensitif atau emang gue yang punya gangguan? Tapi gue memutuskan bahwa, gue lah yang punya gangguan. Setelah gue mengobservasi diri gue sendiri selama semingguan (kayaknya), gue memutuskan kalo gue mengalami reaksi formasi. Okay, I'm judging my self again. Huh. Dilihat dari hasil observasi dan wawancara pribadi terhadap diri gue, gue udah menjudge kalo gue mengalami reaksi formasi ini. Dan gue ga tau gimana cara supaya gue ga mengalami hal ini. -_- Gimana caranya? Gue belom baca artikel terkait atau jurnal terbaru. Gue bahkan ga tau apakah ada orang yang ngebahas hal semacam ini atau enggak. Gue juga ga tau apakah hasil observasi dan wawancara yang gue lakukan bisa objektif (ke orang lain aja kadang subjektif, ini lagi ke diri sendiri..)

Tapi gue berusaha untuk menyusun berbagai metode percobaan yang gue lakuin mulai hari ini. Treatment ini berupa hipnoterapi, remembering and recall, selalu menegakkan kesadaran, and keep smiling. Semua treatment ini berisi kata-kata sugestif dan positif untuk perubahan sikap terhadap orang lain. Well, gue akan lihat hasilnya seminggu lagi. Kalo ketemu sama Semut Merah bisa jadi post test yang bagus kan? Ahahaha.. Semoga aja. Biar gue tau, treatment ini berhasil atau enggak di gue. Kok kedengerannya kayak lagi penelitian studi kasus? Ahahaha.. Yaudahlah

Sampai sini artikel yang sangat ke-psikologi-an gue. Maaf kalo yang ga ngerti. Ini gue maksudkan sebagai laporan informal terkait penelitian ini. Sampai jumpa di kisah berikutnya.

Merci
Stay cool

Meredith Sfazmi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar