hai, alohaa..
It's been a really long time, gue ga nulis disini lagi. Gue cuma bingung mau nulis apa. Haha.. Well, sebenernya that was so much story in my head. Hanya saja gue ga punya kesempatan buat buka blog dan ngacak-ngacaknya dengan tulisan amburadul gue. Last time gue selalu nulis tentang Red Ant. Kali ini gue juga mau nulis tentang Red Ant dan beberapa hal lain. Hampir sekitar 2 sampai 3 bulan yang lalu gue telah merepresi tentang Red Ant. Setiap dia muncul, langsung gue tenggelemin lagi ke dasar samudera. Itu namanya gue berusaha merepresi. Gue berusaha buat ga mikirin sesuatu hal yang.. well.. that's so important and crucial for me. Represi. Gue tau, gue sadar, gue merepresi dia. Setelah gue baca suatu buku (ini gue bukan promosi tentang bukunya loh.. haha), ternyata hal yang gue lakuin itu salah. Emangnya, awalnya buat apasih gue pake merepresi dia segala? Tujuan awal lo, tuh, apa, Mere? Ne, gue akan jawab pertanyaan lo, Me. Gue mau represi dia. Gue mau hilangin dia namun untuk sementara waktu. Untuk apa? Karena gue mau mengejar mimpi gue. Gue mau realisasiin mimpi gue itu, baru kemudian gue pikirin lagi Semut Merah satu itu. Gue ga ada waktu buat mikirin dia. Gue harus bisa wujud-in mimpi. Jadi gue represi lah kan..
Terus, sadar apaan setelah baca buku?
Well, inti dari yang buku itu bilang adalah seseorang itu harus tetep sadar (aware) akan dunianya, akan keberadaannya di dunia ini. Ini rada mirip sama konsepnya eksistensialisme, "Being in The World". Nah, gimana caranya buat aware? Gimana caranya buat sadar akan lingkungan lo? Gimana caranya, agar lo bisa me-recall suatu kejadian sedetil-detilnya? Buku itu bilang, kalo kita harus menerima apapun (yang gue tangkep sih, jangan sampe ngelakuin represi) kita harus menerima segala hal ataupun peristiwa yang terjadi di hidup kita. Apapun itu, kita harus bisa inget lagi, kita harus bisa ngerasain lagi. Kayak, bau yang tercium, sentuhan yang dirasain, suara yang terdengar, dan apa aja yang dilihat. Kejadian apapun. Bahagia, Sedih, Marah, Seram, bahkan Traumatis sekalipun. Maybe it'll pain you, but this is the point. Ketika sesorang mengalami kejadian yang ga ingin dia ingat, dia akan berusaha melupakannya. Dia akan berusaha menghilangkan dari ingatannya. Well, itu yang tadi gue bilang namanya represi. Supaya ga sakit lagi. Buku ini bilang, kalo kejadian-kajadian kayak gitu, justru harus diinget-inget lagi. Harus rasain lagi sakitnya gimana, senengnya gimana.. Pada awalnya emang bakalan sakit. Tapi lo akan sadar, betapa seringnya sakit itu muncul, kita akan terbiasa. Kayak orang yang baru pertama kali olahraga pasti badannya pada sakit-sakit. Tapi kalo olahraganya dilanjutin, bukannya makin sakit malah makin sehat, kan? Well, intinya sih mirip itu.
Well, inti dari yang buku itu bilang adalah seseorang itu harus tetep sadar (aware) akan dunianya, akan keberadaannya di dunia ini. Ini rada mirip sama konsepnya eksistensialisme, "Being in The World". Nah, gimana caranya buat aware? Gimana caranya buat sadar akan lingkungan lo? Gimana caranya, agar lo bisa me-recall suatu kejadian sedetil-detilnya? Buku itu bilang, kalo kita harus menerima apapun (yang gue tangkep sih, jangan sampe ngelakuin represi) kita harus menerima segala hal ataupun peristiwa yang terjadi di hidup kita. Apapun itu, kita harus bisa inget lagi, kita harus bisa ngerasain lagi. Kayak, bau yang tercium, sentuhan yang dirasain, suara yang terdengar, dan apa aja yang dilihat. Kejadian apapun. Bahagia, Sedih, Marah, Seram, bahkan Traumatis sekalipun. Maybe it'll pain you, but this is the point. Ketika sesorang mengalami kejadian yang ga ingin dia ingat, dia akan berusaha melupakannya. Dia akan berusaha menghilangkan dari ingatannya. Well, itu yang tadi gue bilang namanya represi. Supaya ga sakit lagi. Buku ini bilang, kalo kejadian-kajadian kayak gitu, justru harus diinget-inget lagi. Harus rasain lagi sakitnya gimana, senengnya gimana.. Pada awalnya emang bakalan sakit. Tapi lo akan sadar, betapa seringnya sakit itu muncul, kita akan terbiasa. Kayak orang yang baru pertama kali olahraga pasti badannya pada sakit-sakit. Tapi kalo olahraganya dilanjutin, bukannya makin sakit malah makin sehat, kan? Well, intinya sih mirip itu.
Then, gue berusaha buat ga merepresi. Justru gue malah inget-inget lagi. Haha. Sekarang respon gue ketika inget Semut Merah biasa aja. Gue ga terlalu perduli dia mau muncul kapanpun disaat gue lagi ngejar mimpi gue ini. Gue ga perduli. Gue biarin aja dia muncul, layaknya my others memory. However, gue tetep decided about you later. Ne, terkadang gue sering mikirin hal hal yang mungkin menurut orang lain ga penting banget. Pemikiran gue kemungkinan besar layaknya pertanyaan-pertanyaan anak kecil yang pengen tau. Kayak, kenapa laba-laba harus punya kaki delapan, sedangkan ulet kakinya lebih banyak? Padahal kan ulet lebih kecil dan laba-laba lebih besar. Well, pertanyaan-pertanyaan semacam itulah. Namun, gue ga pernah nanyain itu. Gue ga pernah ungkapin itu. Like what I'd ever said, no one understand. Gue udah tau respon orang bakal kayak apa, jadi buat apa gue menanyakan sesuatu hal yang gue udah tau responnya bakal kayak gimana? Maybe it'll use for some investigation later. Hahaha.. (actually, maybe it's not funny for ya at all).
Sooooo much story that I have to tell ya here. But now, I've gotta go to somewhere.. See ya, in the next story. See ya... :) :) (gue tebar senyum ahhhh..) see yaaa.. see yaaa ;) :) :) ;)
Merci
Stay cool
Meredith Sfazmi (Mere)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar