Hai.. Alohaa :)
Kali ini gue mau menuliskan kembali sebuah poem yang gue tulis via color note hp gue few days ago. Gue nulis puisi ini tanggal 7 Mei 2015 jam 20:34 , ga terlalu lama, kan? Well, seperti biasa, judul post ini adalah the title of this poem. Happy reading, here they are...
Saat cinta membunuhmu mesra, bagaimanakah rasanya?Ketika yang kau pandang adalah suatu masa yang tak bisa kau lupakan, bagaimanakah deritanya?Sakitkah?Kala bahagia mendera dan tetiba ingatan melayang-layang jauh, bagaimanakah sedihnya?Ataukah semakin bahagia?Namun wajah murung yang tampak itu bagaikan musim hujan tiada hentiYang mungkin menyenangkan pada awalnya, tapi bisa jadi banjir yang merusak diriBagaimanakah musik itu bekerja? Nyatakah?Seperti ada musik entah darimana dalam setiap pertemuanSelalu, namun tak selalu sedih atau gembira, duka atau cita, murung atau bahagiaTerkadang hanya sebuah musik yang meniadakan perasaanHanya begituNamun kau tahu, ada sekelumit indah disanaIndah bukan berarti apa-apaBukan baik, bukan burukHanya indah, seperti keindahan membangun atau mungkin keindahan menghancurkanAku mengerti keduanyaDan mungkin tidak seharusnya begituTapi kembali pada pertemuan selayang pandang yang berbeda sepersekian detik,Berlalu begitu saja yang juga terjadi sepersekian detikPadaku hal itu menjadi musik-musik lara dan ingatan kelabu akan masa lalu dan kesedihan dari sebuah cintaCinta yang bahkan tak pernah dimengerti artinyaCinta yang merupakan jalan terbaik untuk membunuh dirimu sendiriLalu, apa yang terjadi padamu?Padamu hal itu hanyalah hening, tiada maknaLayaknya siang dan malam yang berganti, tanpa mengubah apapun untukmuAtau seperti kerikil kecil di tepi jalan yang terlihat, namun tak berguna, tapi juga tak menggangguHanya terlihatSatu hal ketika aku ingin jadi matahari padahal aku hanya kerikil di tepi jalanBak peribahasa terkenal "bagaikan pungguk merindukan bulan"Hahaha, aku tertawaBegitu lucunya kehidupan.Ataukah hanya milikku saja?Mimpiku ada diatas langit.Menjadi matahariTapi aku hanya kerikil yang berteman dengan ulat-ulat kecilSepasang sayap mungkin akan membantu mereka terbang, untuk membawakan aku nasihat dari sang matahariAtau mungkin cukupkah aku dengan segala cinta ini?Hanya kerikil kecil di tepi jalan, tapi terus mendengar musik laraBagaimana bila menjadi matahari dan tetap merasakan hal yang sama?Apakah aku akan menyanyikan lagu merdu yang manis sambil memberikan badai matahari terdahsyat pada bumi?Bumi tempatmu bernaungKamu yang tak akan pernah mengubah musikmu padaku
Jadi, begitulahh.. see ya next time! Ahya, as usual.. gue ga terlalu yakin kalo gue memahami apa yang gue tulis disana. Just it, bye.
Merci,
Mere.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar