Jumat, 15 Mei 2015

Cintaku dan Musikmu

Hai.. Alohaa :)

Kali ini gue mau menuliskan kembali sebuah poem yang gue tulis via color note hp gue few days ago. Gue nulis puisi ini tanggal 7 Mei 2015 jam 20:34 , ga terlalu lama, kan? Well, seperti biasa, judul post ini adalah the title of this poem. Happy reading, here they are...


Saat cinta membunuhmu mesra, bagaimanakah rasanya?
Ketika yang kau pandang adalah suatu masa yang tak bisa kau lupakan, bagaimanakah deritanya?
Sakitkah?
Kala bahagia mendera dan tetiba ingatan melayang-layang jauh, bagaimanakah sedihnya?
Ataukah semakin bahagia?
Namun wajah murung yang tampak itu bagaikan musim hujan tiada henti
Yang mungkin menyenangkan pada awalnya, tapi bisa jadi banjir yang merusak diri

Bagaimanakah musik itu bekerja? Nyatakah?
Seperti ada musik entah darimana dalam setiap pertemuan
Selalu, namun tak selalu sedih atau gembira, duka atau cita, murung atau bahagia
Terkadang hanya sebuah musik yang meniadakan perasaan
Hanya begitu

Namun kau tahu, ada sekelumit indah disana
Indah bukan berarti apa-apa
Bukan baik, bukan buruk
Hanya indah, seperti keindahan membangun atau mungkin keindahan menghancurkan
Aku mengerti keduanya
Dan mungkin tidak seharusnya begitu

Tapi kembali pada pertemuan selayang pandang yang berbeda sepersekian detik,
Berlalu begitu saja yang juga terjadi sepersekian detik 
Padaku hal itu menjadi musik-musik lara dan ingatan kelabu akan masa lalu dan kesedihan dari sebuah cinta
Cinta yang bahkan tak pernah dimengerti artinya
Cinta yang merupakan jalan terbaik untuk membunuh dirimu sendiri

Lalu, apa yang terjadi padamu?
Padamu hal itu hanyalah hening, tiada makna
Layaknya siang dan malam yang berganti, tanpa mengubah apapun untukmu
Atau seperti kerikil kecil di tepi jalan yang terlihat, namun tak berguna, tapi juga tak mengganggu
Hanya terlihat

Satu hal ketika aku ingin jadi matahari padahal aku hanya kerikil di tepi jalan
Bak peribahasa terkenal "bagaikan pungguk merindukan bulan"
Hahaha, aku tertawa
Begitu lucunya kehidupan.
Ataukah hanya milikku saja?

Mimpiku ada diatas langit.
Menjadi matahari
Tapi aku hanya kerikil yang berteman dengan ulat-ulat kecil
Sepasang sayap mungkin akan membantu mereka terbang, untuk membawakan aku nasihat dari sang matahari
Atau mungkin cukupkah aku dengan segala cinta ini?

Hanya kerikil kecil di tepi jalan, tapi terus mendengar musik lara
Bagaimana bila menjadi matahari dan tetap merasakan hal yang sama?
Apakah aku akan menyanyikan lagu merdu yang manis sambil memberikan badai matahari terdahsyat pada bumi?
Bumi tempatmu bernaung 
Kamu yang tak akan pernah mengubah musikmu padaku

Jadi, begitulahh.. see ya next time! Ahya, as usual.. gue ga terlalu yakin kalo gue memahami apa yang gue tulis disana. Just it, bye.

Merci,
Mere.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar