Kamis, 25 Juni 2015

Kisahku Kini



Ketika aku tertidur dalam malam yang kelam, aku bermimpi tentang sebuah kegelapan. Hanya gelap yang kulihat. Aku berdiri di suatu tempat dimana aku tak dapat melihatnya. Aku berjalan kesana dan kemari untuk mencari secercah cahaya, sebuah petunjuk tentang kehidupan dalam mimpi yang kujalani. Namun aku tak menemukan apapun. Batu kerikil, lantai, karpet, atau bahkan temperatur pun tidak ada. Aku tidak menemukan apapun yang dapat kurasakan dan kulihat untuk mengetahui dimana aku berada. Aku menyimpulkan bahwa aku dalam kehampaan. Hampaku dalam tidurku.
Hampaku kehilangan diriku sendiri. Hampaku kehilangan cintaku. Cinta yang kunanti meski otak logisku tahu tidak ada bahkan nol koma sekian persen pun untuk cinta yang selalu kutunggu. Hampaku kehilangan kebahagiaanku. Hampaku tanpa kesibukan tak berarti yang ternyata kurindukan dalam hati. Aku hampa. Bahkan kurasakan sampai di dalam tidurku yang gelap. Kemudian aku terjatuh tak mampu berdiri menopang tubuhku. Aku kehilangan segalanya. Segalanya yang kutahu. Segalanya yang dapat menghidupkanku. Aku menangis dalam getar tubuhku yang terasa begitu terluka. Aku duduk bersimpuh, terjatuh, dan meringkuk. Aku begitu sedih dan kini aku dapat melihat sesuatu. Tak jauh dariku sebuah sajadah terhampar diterangi cahaya redup rembulan. Meski rembulan itu tak terlihat olehku. Hanya sebuah sajadah yang lagi lagi menemaniku dalam keterpurukanku. Sajadah yang begitu setia. Hingga aku ingin membuatnya bicara karena telah menjadi teman terbaikku. Yang menjadikanku hanya bersandar pada satu zat yang kuasa. Yang merubah segalanya untukku. Yang memberikan semangat melalui orang-orang di dekatku. Aku menumpahkan tangisku dalam gelap mimpi di malam yang sangat kelam. Padahal aku selalu bertanya-tanya tentang keberadaannya, tapi Dia selalu membahagiakan aku tanpa kusadari. Meski aku selalu bertanya padaNya, ‘bagaimanakah caraku untuk mencintaiMu wahai zat yang telah menciptakan aku?’, ‘bagaimanakah hidupku kuserahkan hanya untukMu?’, namun Dia selalu memberikan yang kupinta. Dia memberikan yang kutahu dan yang belakangan kutahu hanyalah hal yang terbaik untukku. Kini aku tersungkur dalam gelapku. Biarkanlah. Biarkan saja aku tinggal dalam gelap. Aku terlahir dalam gelap. Duniaku begitu gelap. Biarkan segalanya gelap bagiku, namun Dia tetap ada untukku. Gelapkan saja. Gelapkan. Tapi biarkan bahagiaku karenaMu. Biarkan cintaku datang lebih besar hanya untukMu. Biarkan Kau yang berikan cinta yang baik untukku. Cinta, untuk mencintaiMu lebih dari yang kurasakan saat ini. Ketika aku bangun dari tidurku, gelap tetap menyertaiku kemanapun aku melangkah.


SFAZMI, tanpa kata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar