Kamis, 11 Agustus 2016

Seekor Serigala


Seperti seekor serigala yang memiliki nurani, aku akan terlihat.

Setiap gembala pasti pernah kehilangan dombanya. Untuk itu, aku mengarahkan domba-domba itu arah jalan pulang.

Namun mereka buta akan arah. Sehingga aku merasa harus mengantarkan mereka pada jalan yang benar. Agar mereka kembali pada gembala yang merisaukannya.

Domba-domba itu tak dapat bicara. Mereka hanya bisa berterima kasih dengan kedipan mata, yang kubalaskan dengan senyuman.

Tapi gembala itu tak pernah berterima kasih kepadaku. Ia langsung mengusirku saat domba terakhir pulang ke kandang. Bukan hanya mengusir biasa, ia seolah igin menyerang dan menghabisiku. Dan yang bisa ku lakukan hanyalah berlari pergi.

Aku mungkin adalah seekor serigala. Tapi aku punya nurani. Dan perutku tak pernah lebih cerdas daripada kepalaku.

Domba-domba itu bukan milikku, juga tidak milik kebebasan. Gembala itu pemilik mereka. Aku tak bisa mencuri yang bukan milikku dan hanya mengambil yang dimiliki kebebasan.

Gembala itu tak memahami diriku. Dan percuma untuk menjelaskan karena tidak ada sedikitpun rasa ingin tahu pada dirinya. Lagipula, aku juga tak ingin meningkatkan kesalahpahaman. Jadi sebaiknya aku pergi.

Kepada mereka yang telah dan mungkin akan menjadi gembala dalam hidupku, aku hanya akan bisa meminta maaf dan pergi tanpa sepatah kata pun. Aku tahu kalian tidak ingin mendengar dan mengerti. Jadi, aku juga tak akan menghabiskan suaraku padamu.


oleh: Sfazmi
25 Maret 2016 at 21.53
*inspired by self and a character from somewhere that I forgot (maafkan aku, para inspirasiku~ Kalian telah memberi inspirasi, tapi aku telah melupakan kalian.. Huhu T_T)


Nb: Ini karya yang gue ketik di notes hp. Thanks for reading, see ya next time~~

Sumber gambar (awalnya search di google):
http://www.digaleri.com/2013/03/foto-dan-wallpaper-serigala-ukuran-besar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar