Kamis, 25 Juni 2015

Ketemu di Buku PsiEks

Hai lagiiiiii
Alohhaa

Lagi-lagi ngepost~ hehe.. gue pastikan ini post terakhir untuk pagi buta kali ini. Isi dari artikel ini adalah tulisan di lappy yang sebelumnya gue tulis ulang dari buku psikologi eksperimen sesuai judul. Enjoy reading..




Hai. Gue menemukan dua buah puisi ‘secara tak terduga’ dan bahkan puisi yang ‘ga gue inget kalo gue yang buat’ tapi itu bener-bener tulisan gue, dan tanda tangan gue. Hehhee.. Well, kedua puisi ini gue temuin di buku Psikologi Eksperimen karangan Seniati, L. Dkk tahun 2011. Ini terjadi karena gue lagi baca buku ini buat bahan pengetahuan ulang (karena seenggaknya gue udah pernah baca buku ini waktu di matkulnya) untuk skripsi. Then gue menemukan dua puisi ini at the end of the book. Ada sebuah nama yang gue tuliskan di puisi pertama yang ga mau gue tulis ulang disini. So, nama tokoh ini sebenernya masuk ke post gue yang sebelum-sebelumnya, tapi gue ga mau pake nama yang sama. Atau mungkin gue tulis sebagai ‘Dia yang Kau Tahu Namanya’ untuk pengganti nama dia. Here they are.. keduanya masih tanpa judul.

Dia yang Kau Tahu Namanya
Kaulah mentari hidupku
Kaulah angin penyejukku
Kaulah deburan ombak yang bergulung, menerpa kerasnya karang hatiku
Kaulah awan yang selalu memayungiku
Kaulah hujan yang menyatu dengan air mataku
Kaulah teduh pepohonan yang merengkuhku
Kaulah api yang menghangatkanku
Kaulah ikan kecil penghiburku
Kaulah jemari penghapus air mataku
Kaulah segala puisi cinta yang ada
Kaulah bintang di ujung semesta, yang bersinar terang menyilaukan mataku
Kaulah rasi terindah yang pernah kulihat
Kaulah mozaik-mozaik hatiku yang terpencar hilang
Kaulah pengisi segala mimpi-mimpiku
Kaulah penyebab rindu yang takkan hilang
Kaulah hidupku
Kaulah mimpiku
Kaulah cinta dan angan bagiku
Kaulah segalanya
Kaulah segalanya bagiku
(tertera : 10.06.2012 at 22.06)

The second poem
Ombak itu..
Dia bagai ombak dimataku
Mengapa begitu? Aku pun tak tahu
Bahkan sebelum Jenny bilang, rumahnya di tepi pantai
Aku telah melihat dia, seperti gulungan ombak
Gulungan ombak yang memercik karang
Gulungan ombak yang besar, yang menghanyutkan
Gulungan ombak yang tau kapan harus perang
Gulungan ombak yang begitu bijak bagiku
Deburannya meletupkan jiwa
Percikannya membasahi hati
Lembutnya meluluhkan segala kata
Semangatnya membuatku tak ingin mati
Wahai kakak dalam hati
Jangan pergi jangan lari
Ku kan selalu menunggumu disini
Hingga senja bahkan telah pergi
(tertera : 10.06.2012 at 22.17)

Jadi, itulah kedua puisi yang gue temuin hari ini (4 Mei 2015). See ya next time. J
Nb: for additional information, di puisi yang kedua yang diceritakan adalah seorang laki-laki dan bukan ‘Jenny’. Jenny itu yang ngasih tahu kalo rumah si laki-laki ini di tepi pantai. Haha, soalnya pas gue baca ulang agak ambigu puisinya.


Itu tulisan gue saat itu yang kayaknya kemudian gue edit jadi tanggalnya 29 Mei 2015. Byee.. end of time, end of story. 

Merci,
Mere

Tidak ada komentar:

Posting Komentar